Senin, 20 Februari 2012

ESSAY

Disparitas Pendidikan

Kesenjangan pendidikan semakin nyata kita temui. Bukan dari perspektif geografis antara Indonesia Timur dan Indonesia Barat yang sering didiskursuskan, tetapi kesenjangan itu kini semakin dekat jaraknya, antara sekolah di kota dan di pinggiran dalam satu wilayah, antara yang berlabel dan tidak berlabel, antar jenis atau rumpun pendidikan, atau antar yayasan yang saling berebut pangsa pasar dalam memperoleh siswa baru. Disparitas pendidikan tidak saja menandakan bahwa kastanisasi pendidikan benar adanya, tetapi juga kurangnya penghayatan dari pengambil kebijakan dan pengelola pendidikan atas eksistensi sekolah. Dengan mudah kesenjangan itu dapat kita lihat dengan mata telanjang bagaimana sekolah-sekolah yang dianggap sebagai dewa penolong masyarakat dalam membangun knowledge anaknya telah penuh sebelum penerimaan peserta didik baru dimulai, adanya sumbangan pendidikan yang sifatnya memilih dengan besaran yang variatif, dan tentu servis dari pendidik yang deskriminatif. Pendidik cenderung memilih lembaga pendidikan dengan kasta lebih tinggi dengan asumsi insentif tambahannya akan linier dengan kelas sekolahnya. Disparitas pendidikan akan semakin nyata terlihat jika kita mencermati sekolah di pinggiran. Pada tingkat SD/MI dan SMP/MTs di daerah pinggiran terutama sekolah swasta mulai kesusahan mendapatkan siswa baru. Munculnya banyak yayasan yang mendirikan lembaga pendidikan menjadi sumber utama meruncingnya persaingan sekolah dalam mendapatkan siswa. Maklum, eksistensi sekolah swasta bergantung jumlah siswanya, semakin banyak siswa yang diperoleh semakin banyak pula dana yang akan diperolehnya. Kasus penerimaan peserta didik baru yang berlangsung beberapa minggu yang lalu sungguh mengusik hati penulis. Di daerah pinggiran, persaingan mendapatkan siswa baru sungguh gila-gilaan. Tak ubahnya coblosan pemilihan lurah atau presiden, dalam kasus ini dikenal pula istilah serangan fajar, pembagian semboko, dan tentu dibumbu-bumbui dengan agitasi murahan. Banyak sekolah yang menerapkan sistem ijon sebagaimana tengkulak padi yang membeli padi sebelum siap dipanen. Banyak pengelola pendidikan yang sudah gerilya untuk merayu calon peserta didik baru sebelum kelulusan diumumkan. Dengan spanduk, promo ke sekolah, dan yang lebih tragis lagi adalah door to door dengan iming-iming sekolah gratis, dibawakan seragam, dan tak lupa pula orang tuanya dirayu dan diyakinkan untuk sekolah yang dikelolanya. Bahkan guru dan pihak lain pun diberi kesempatan untuk mensukseskan promosi penerimaan peserta didik baru. Ada sekolah yang menghargai satu siswa dengan bonus Rp 20.000,- sampai dengan Rp 50.000,- kepada individu yang turut andil mendaftarkan calon siswa ke lembaga pendidikan yang dikelolanya. Pada level SMP/MTs lebih parah lagi, pengelola sekolah/yayasan sudah mengkalkulasi dulu untung dan ruginya mengeluarkan budjet untuk promosi. Untung dan rugi tersebut berdasar pada dana BOS yang akan diterimanya. Dengan besaran BOS sekian, dana promosi sekian, akan dengan mudah diperoleh besarnya keuntungan yang didapat. Belum lagi dampak ke depan, jika siswa banyak maka diharapkan memperoleh grant yang banyak pula dari lembaga donor/pemerintah. Dengan berbagai propaganda, orang tua siswa di daerah pinggiran penulis cermati mudah untuk tergoda, maklum sekolah gratis plus mendapatkan sedikit fasilitas seperti seragam dan buku akan meringankan beban ekonomi yang semakin hari semakin berat. Berbeda dengan orang tua siswa yang memiliki perekonomian kelas menengah ke atas, bujuk rayu itu tidak akan mempan karena mereka memilih sekolah mahal, yang berlabel dan memiliki kasta yang tinggi karena mereka mampu membayarnya. Ada dua fenomena yang paradoksal, sekolah yang dikategorikan bermutu (dengan dibuktikan oleh label yang dimiliki) akan memperoleh banyak dana (keuntungan) dari calon peserta didik yang berlomba-lomba menyumbang dengan pilihan nominal yang tinggi, sementara dipihak lain harus membujuk rayu calon siswa untuk sekolah di lembaga yang dikelolanya dengan harapan memperoleh keuntungan pula, meskipun menggantungkan dari bantuan pemerintah. Dua gambaran tersebut di atas menandaskan bahwa disparitas memang benar adanya, tetapi kesemuanya bermuara pada satu hal yakni perolehan dana (baca: keuntungan). Pendidikan kita, disadari atau tidak telah mengamini, bahkan jauh-jauh hari telah mempraktikkan apa yang menjadi konsensus GATS (General Agrreement on Trade in services) dimana menempatkan pendidikan sebagai bisnis jasa. Dengan malu-malu kita menyadari bahwa ranah pendidikan telah mempraktikkan kapitalisme secara massif. Disparitas pendidikan apapun bentuknya pertanda tidak baik bagi kelangsungan lembaga pendidikan di Tanah Air. Pengambil kebijakan perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurai dan mereduksi disparitas tersebut. Regulasi pendirian sekolah baru harus diperketat, begitu juga standar penerimaan peserta didik baru harus ditetapkan. Dalam konteks pendirian sekolah baru budaya ewuh-pekewuh harus dihilangkan. Penulis mencermati banyak pejabat penentu kebijakan pendirian sekolah baru tak kuasa menahan keinginan tokoh masyarakat yang akan mendirikan sekolah baru, meskipun letak sekolah baru tersebut nantinya berdekatan dengan sekolah yang sudah ada terlebih dahulu. Dalam aturan pendirian sekolah baru yang biasa disosialisasikan, sekolah sejenis pada jenjang sama minimal berjarak 5 km. Namun fakta dilapangan menyimpang dari ketentuan tersebut. Di daerah penulis dalam jarak 5 km ada lima lembaga pendidikan dengan jenis dan tingkat yang sama. Bahkan ada pula sekolah yang saling berhadap-hadapan sehingga persaingannya ketat sekali, bukan dalam wilayah akademik, tetapi dalam memperoleh siswa. Regulasi dalam penerimaan siswa baru juga harus ketat, mencuri start mestinya dilarang. Ketidaktegasan ini berakibat tidak meratanya potensi peserta didik dalam sekolah, disamping kecemburuan antar lembaga yang menjurus pada persaingan tidak sehat. Dengan tindakan tegas dan praktik regulasi yang tidak menyimpang penulis yakin disparitas pendidikan akan tereduksi.

Sabtu, 26 Februari 2011

:: Asal Muasal Kata Halloween

HALLOWEEN

Halloween atau Hallowe’en adalah tradisi perayaan malam tanggal 31 Oktober, dan terutama dirayakan di Amerika Serikat. Tradisi ini berasal dari Irlandia, dan dibawa oleh orang Irlandia yang beremigrasi ke Amerika Utara. Halloween dirayakan anak-anak dengan memakai kostum seram, dan berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangga meminta permen atau cokelat sambil berkata "Trick or treat!" Ucapan tersebut adalah semacam "ancaman" yang berarti "Beri kami (permen) atau kami jahili." Di zaman sekarang, anak-anak biasanya tidak lagi menjahili rumah orang yang tidak memberi apa-apa. Sebagian anak-anak masih menjahili rumah orang yang pelit dengan cara menghiasi pohon di depan rumah mereka dengan tisu toiletatau menulisi jendela dengan sabun.

Halloween identik dengan setan, penyihir, hantu goblin dan makhluk-makhluk menyeramkan dari kebudayaan Barat. Halloween disambut dengan menghias rumah dan pusat perbelanjaan dengan simbol-simbol Halloween.

Halloween
Hallowe'en
HalloweenHallowe'en
Jack-O'Lantern, labu simbol Halloween
Disebut juga All Hallows Eve
All Saints' Eve
Samhain
Hallowed End
Dirayakan Kanada, IrlandiaSelandia Baru, Britania Raya, Jepang, Bahama, Amerika Serikat, Australia, Swedia, dan negara-negara Amerika Latin (sebagai Noche de las Brujas atau malam penyihir)
Tanggal 31 Oktober
Perayaan Anak-anak berkeliling ke rumah tetangga meminta permen (trick or treating), berjalan-jalan ke "tempat berhantu", mengambil apel di dalam air dengan mulut, pesta kostum, mengukir/memajang labu Jack-O'Lantern, api unggun dan kembang api.

:: Sejarah Halloween

Sejarah

Halloween berasal dari festival Samhain (dari bahasa Irlandia kuno samain) yang dirayakan orang Kelt zaman kuno. Festival Samhain merupakan perayaan akhir musim panen dalam kebudayaan orang Gael, dan terkadang disebut "Tahun Baru Kelt". Orang Kelt yang menganut paganisme secara turun temurun menggunakan kesempatan festival untuk menyembelih hewan ternak dan menimbun makanan untuk persiapan musim dingin. Bangsa Gael kuno percaya bahwa tanggal 31 Oktober, pembatas dunia orang mati dan dunia orang hidup menjadi terbuka. Orang mati membahayakan orang hidup dengan membawa penyakit dan merusak hasil panen. Sewaktu merayakan festival, orang Gael menyalakan api unggun untuk membakar tulang-tulang dari hewan yang mereka sembelih. Orang Gael mengenakan kostum dan topeng untuk berpura-pura sebagai arwah jahat atau berusaha berdamai dengan mereka.

:: 10 Fakta Tentang Halloween

Here are some weird facts about Halloween.
1. Welsh and Celtic traditions believe the dead visit the living on October 31st….and let the haunting begin. They would were masks on that day so the spirits of the dead would not recognize them.
2. Mexicans celebrate “The Day of the Dead” (El Dia de los Muertos)
3. During the 1800’s, out in the heartland of America when the Harvest ended celebrations were held at the end of October usually. People dressed up in costumes, had hayrides, ate sweets and bobbed for apples to celebrate. Scaring and tricking people became a young adult prank at the celebrations.
4. At the turn of the century, cities were becoming overcrowded and Halloween became a time to let off steam by playing practical jokes and tricks on people. By the 1930’s these practical jokes began to get dangerous and serious damage was being done on Halloween. This is how “trick or Treat”, the movement to have children go door to door and ask for candy began as a substitute for wild pranks and vandalism that was getting out of control in the cities across America.
5. Jack o’ lanterns or carved pumpkins as they are known today, originated in Ireland where people put candles in hollowed-out turnips to keep away evil spirits and ghosts on the Samhain holiday
6. Can you believe that Halloween candy sales average about 2 billion dollars annually in the United States?
7. Halloween is the 2nd most commercially successful holiday in America and the western culture, with Christmas being the first
8. Legends say if you see a spider on Halloween, it is the spirit of a loved on watching over you
9. Holloween was referred to as All Hallows Eve and dates back to over 2000 years ago as a traditional pagan celebration
10. Legends say that bobbing for apples may have originated from a roman harvest festival that honors Pamona, the goddess of fruit trees

:: 10 makhluk menyeramkan

1. Vampires (Drakula)

Mereka akan menghisap darah Anda. Drakula muncul dalam cerita rakyat selama ribuan tahun, berasal dari abad ke-18 dan abad ke-19 mitos di Eropa Timur. Diyakini bahwa seseorang yang dilahirkan dengan cacat atau kematian yang tidak teratur, setelah penguburan, bangkit kembali untuk meneror manusia. Drakula memerlukan darah manusia untuk tetap hidup. Dalam mitos, drakula bisa dibunuh dengan menancapkan pasak kayu salib tepat di jantungnya.

2. Ghost (Hantu)

Hantu, banyak yang percaya, banyak pula yang tidak percaya keberadaannya, banyak yang sudah melihat, ada pula yang tidak pernah melihat. Konon, 50 % masyarakat percaya adanya hantu, banyak macam hantu, seperti pocong, kuntilanak, setan muka rata, wewe gombel, dll. Bahkan industri film kita semua dipenuhi oleh tema hantu.

3. Witches (Penyihir)

Mitosnya lebih dikenal dengan ciri topi runcing hitam dan berkutil hidung. Di masa lalu, penyihir dianggap memiliki kekuatan magis yang berhubungan dengan dunia alami. Sebuah perburuan yang mencapai puncaknya pada abad pertengahan Eropa dan Amerika abad ke-17. Ada penyihir yang baik, ada pula penyihir yang jahat, bahkan sekarang dunia sedang gandrung dengan title penyihir, dimana mereka adalah penyihir yang baik, seperti Harry Potter ataupun charmed (3 penyihir sexy).

4. Jin

Secara harfiah berarti sesuatu yang berkonotasi 'tersembunyi' atau 'tidak terlihat'. Dalam Islam dan mitologi Arab pra-Islam, jin adalah salah satu ras mahluk yang tidak terlihat dan diciptakan dari api. Dalam anggapan orang-orang sebelum Islam datang, Jin dianggap sebagai makhluk keramat, yang harus disembah dan dihormati. Para orang pada masa tersebut menggambarkannya dalam bentuk patung sesembahan mereka.

5. Werewolves (Manusia Serigala)

Makhluk ini akan muncul di malam hari, khususnya di bulan purnama. Seperti penyihir, mereka diburu di abad pertengahan dan dibunuh. Di dalam mitos, mereka biasanya berbentuk seperti manusia di siang hari, tetapi pada malam hari akan berubah bentuk menjadi manusia serigala dan mulai mencari mangsa untuk santapannya.

6. Zombie

zombie adalah individu yang sudah mati, baik itu jiwa mereka yang disedot dari tubuh mereka atau sudah dihidupkan kembali dari kematian melalui sihir hitam. Mitos Zombie berasal dari agama voodoo di Haiti, di mana ia masih percaya bahwa orang dapat jatuh ke dalam ruang kosong persis seperti mayat yang berjalan yang kita lihat di film (tanpa tubuh yang utuh dan menyantap daging manusia). Sebuah ethnobotanist menyelidiki klaim di Haiti menemukan obat beracun yang bisa benar-benar mendorong gaya zombie.

7. Gargoyles

Di dalam Fiksi kontemporer, gargoyle juga sering digambarkan sebagai (umumnya) ras dengan fitur setan, umumnya tanduk, ekor, dan cakar. Mereka dikatakan sebagai penjaga gedung dimana mereka berada. Gargoyle fiktif ini umumnya dapat menggunakan sayapnya untuk terbang atau meluncur, dan sering digambarkan sebagai batu untuk sembunyi, atau tidak mampu berubah menjadi batu dalam satu atau lain cara.

8. Demons (Roh jahat)

Salah satu istilah yang mencakup segala hal untuk sebuah 'roh jahat,' setan dapat mewakili apa pun dari hantu jahat atau malaikat jatuh ke boneka Setan. Seperti pengertian tentang kejahatan itu sendiri, mereka memiliki asal-usul kuno yang muncul dalam cerita rakyat dan literatur di seluruh dunia.

9. Goblins

Terkenal dalam dongeng, bertubuh kecil dan berbulu, sifat goblin lebih ke nakal daripada mengancam. Legenda bercerita tentang goblin bersembunyi di hutan, menarik dan kadang-kadang menculik bayi manusia. Mereka sendiri bertelur. Tidak seperti beberapa makhluk lain yang disebutkan di sini dan mungkin karena mereka memutuskan sambungan dari agama, goblin tidak pernah melewati ambang pintu dari khayalan nyata menyebabkan kepanikan di kota-kota abad pertengahan.

10. Malaikat pencabut nyawa


:: Kisah Malam Halloween

Halloween: Mitos, Tradisi dan Pesta!

Malam itu Carol berdiri di daun pintu rumahnya, menatap ke jalan yang lapang nan gelap. Waktu menunjukkan pukul 8. Sesaat kemudian kedua anaknya muncul dari kamar masing-masing, yang satu mengenakan kostum Superman, sementara yang satunya lagi tampil a la bidadari lengkap dengan tongkat perinya. Di tangan mereka ada ember plastik oranye berbentuk labu.

“Mommy, we’re ready to go,” ujar si sulung Josh, yang berusia 8 tahun.

Carol menatap keluar sekali lagi, dan dilihatnya tetangganya, keluarga Martin, juga sedang bersiap-siap di pintu dengan anak mereka, Melissa, yang tampil sebagai vampir kecil. Carol lalu menggandeng tangan kedua anaknya dan melangkah keluar. Sejurus kemudian muncul serombongan anak-anak kecil lainnya—dibungkus kostum lucu—menghadang sambil berteriak, “Trick or treat…” Carol tergelak dan mengeluarkan beberapa permen dari sakunya, membaginya rata ke tiap-tiap ember kecil.

Itulah Halloween, sebuah tradisi yang berlangsung setiap tanggal 31 Oktober di kebanyakan belahan bumi bagian Barat, termasuk Amerika.

Halloween berasal dari tradisi masyarakat Celtic—yang dulu mendiami Irlandia, Skotlandia dan daerah sekitarnya—yang percaya kalau pada hari terakhir bulan Oktober, para arwah gentayangan di bumi. Tapi tradisi ini sebenarnya telah berpulang lama.

Sekitar abad pertama Masehi, masyarakat Celtic ditaklukkan oleh warga Romawi, yang kemudian menambahkan kebudayaan mereka ke dalam tradisi Halloween. Mereka menambahkan dua festival bernama Feralia, diperuntukkan untuk menghormati mereka yang telah meninggal, dan Pomona, yaitu festival untuk merayakan musim panen, diambil dari nama seorang dewi.

Sekitar abad ke-8, gereja Katolik mulai merayakan tanggal 1 November sebagai hari untuk menghormati para santo dan santa yang tidak memiliki hari perayaan khusus. Maka mulailah tradisi bahwa misa yang diadakan pada hari itu disebut Allhallowmas, yang berarti misa kaum suci (red: dalam bahasa Inggris disebut hallow). Malam sebelumnya, tanggal 31 Oktober, lalu disebut All Hallows Eve. Inilah cikal-bakal Halloween.

Lalu beranjak memasuki abad ke-18, banyak warga asal Eropa yang berimigrasi ke Amerika. Kebudayaan ini tetap mereka pertahankan, dan bentuk perayaannya terus berkembang sampai sekarang.

Bagi anak-anak Halloween berarti kesempatan untuk memakai kostum dan mendapatkan permen. Bagi orang dewasa Halloween mungkin merupakan kesempatan untuk berpesta kostum. Bagi toko-toko itu kesempatan bagus untuk pemasaran atau promosi. Singkat kata, sungguh tidak terbatas bentuk perayaan Halloween di Amerika.

Sementara itu, di belahan selatan benua Amerika, tepatnya di Meksiko, setiap tanggal 31 Oktober juga dirayakan Hari Para Arwah (El Dia de Los Muertos), untuk menghormati para kaum suci. Berawal dari tradisi gereja Katolik, perayaan itu sampai sekarang dianggap sebagai salah satu hari besar keagamaan dan dirayakan dengan meriah.

.. Kesha - We R Who We R ..